Dalam budaya Bali, upacara bayuh oton merupakan salah satu momen yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak. Bayuh oton adalah sebuah tradisi turun temurun yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan sebagai awal perjalanan hidup anak dalam lingkungan sosial dan spiritual Bali.
Kami tim Bali Wake News mencoba memberikan pemaparan atas kegiatan bebayuhan oton untuk salah satu kelahiran anak pada saat hari Galungan atau Buda Kliwon Dungulan. Mengutip dari lontar Tenung Lare Mijil dan Tenung Wewatekan, ada sejumlah sarana dalam melakukan Bayuh oton anak kelahiran saat Galungan tersebut.
Dalam lontar tersebut, disebutkan ada lima prosesi yang harus dilakukan, pertama melakukan pemelukatan di Campuhan dengan sarana 10 warna air. Selanjutnya dilengkapi dengan Banten berupa, Pekeling 3 Soroh, suci a Soroh maulam bebek ginuling, penebusan asoroh, sesari satak selae (225), ayaban tumpeng Pitu asoroh, sesayut ratu agung, bantal pundak 6, ketupat 6, belayag 6, lepet 6, bantal agung 20, itik agung maguling siki, Lis gede, payuk misi Toya, lenge wangi, burat wangi dalam satu ngiu, sangku, kukusan sudamala dan bunga berbagi warna. Bhatara yang di ayat Bhuda Gemana.
Prosesi pemelukatan ke dua di Lebuh dengan sarana air 16 warna dengan sarana Banten berupa ; Pekeling 3 Soroh, suci maulam bebek ginuling, penebusan asoroh, sesari satak selae (225), ayaban tumpeng 3 asoroh, sesayut pabersihan, bantal pundak 6, ketupat 6, belayag 6, lepet 6, bantal agung 20, itik agung maguling Lis gede, payuk misi Toya, lenge wangi, burat wangi dalam satu ngiu, sangku, kukusan sudamala dan bunga berbagi warna. Bhatara yang di ayat Sang Hyang Siwa Kalpa Gemana.
Untuk prosesi ketiga adalah nebusin di pempatan Agung dengan sarana; pejati, suci maulam bebek ginuling, penebusan asoroh sesari satak selae, ayaban tumpeng 3 asoroh dan sesayut pebersihan. Untuk Banten labe -nya segehan penek agung, Iwak Gerang, kepiting, ayam brumbun pinanggang.
Prosesi ke empat yakni melakukan pabayuhan di merajan kemulan dengan sarana Banten ; baye Sarwa Pitu (7), yening durung maketus Sarwa 15, sesari 77.007, pejati asoroh, suci maulam bebek, penebusan asoroh dengan sesari satak selae 225, peras, pengambean, dapetan, sesayut purna suka, prayascita, byakaon. Laba Banten berupa nasi Punjungan, iwak ayam brumbun pinanggang, jangan pepe ingeseb, sambel isen, trasi, gegodoh tumpi yang dihaturkan untuk Sang Sedehan Semaya.
Sementara prosesi terakhir adalah pawetonan. Banten yang disiapkan adalah ayaban paweton sakasidan, sesayut pageh Urip, sesayut panyejeh tuwuh, sesayut sabu rah untuk menek deha (bagi anak perempuan), sesayut ngerajasinga (bagi anak laki-laki).
Melalui naskah lontar yang disajikan ini semoga bisa bermanfaat bagi masyarat Hindu di Bali yang memiliki anak dengan kelahiran di Budha Kliwon Dungulan atau saat hari raya Galungan. (Tim BWN )