baliwakenews.com – Dalam beberapa dekade terakhir, industri rokok mengalami penurunan drastis akibat regulasi ketat dan kampanye kesehatan global. Namun, apakah para kapitalis diam saja? Ataukah mereka menemukan “produk baru” yang tetap membuat konsumen kecanduan?
Dihimpun dari berbagai sumber, kini ledakan makanan tinggi kalori, produk yang sarat gula, lemak, dan garam, membanjiri pasar. Dari camilan kemasan hingga minuman manis, semua tersedia dengan harga murah dan pemasaran agresif. Mirip dengan strategi industri rokok di masa lalu, makanan-makanan ini pun dinilai berkontribusi besar terhadap masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes.
Meski bukan konspirasi yang sengaja dirancang untuk “meracuni” manusia, ada pola bisnis yang mirip dengan industri rokok, yakni menciptakan Kecanduan.
Riset menunjukkan, kombinasi gula, lemak, dan garam dapat memicu rasa ingin makan terus-menerus, mirip dengan bagaimana nikotin membuat perokok sulit berhenti.
Selanjutnya, pemasaran yang cerdik. Dari iklan di media sosial hingga kerja sama dengan influencer, produsen makanan olahan membangun citra keren dan modern, sama seperti iklan rokok di era kejayaannya.
Kemudian, kurangnya regulasi kesehatan. Berbeda dengan rokok yang sudah diatur ketat, makanan ultra-proses masih relatif bebas dijual tanpa peringatan kesehatan yang jelas, meskipun dampaknya terhadap kesehatan sangat serius.
Dan terakhir, dukungan teknologi dan efisiensi produksi.
Dengan kemajuan teknologi pangan, perusahaan dapat memproduksi makanan dalam jumlah besar dengan biaya rendah, membuatnya semakin mudah diakses oleh masyarakat luas.
Meski industri makanan tinggi kalori terus berkembang, masyarakat tetap memiliki pilihan. Kesadaran akan pola makan sehat semakin meningkat, dan banyak orang mulai beralih ke makanan alami serta gaya hidup lebih seimbang. BWN-01