Undagi Lokal, Suksesor Dibalik Megah Bade Takora – Kuta Waringin

Manggis, baliwakenews.com

Tak sedikit seniman yang terlahir di Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, mulai dari seni karawitan, tari, lukis, patung yang melahirkan karya-karya apik dan berkesan. Terhangat, Desa Antiga menjadi sorotan masyarakat dan publik dengan terlahirnya karya spektakuler yaitu bade megah dengan ketinggian 32 meter.

Tak kalah menarik, bade ini digarap oleh seniman lokal Desa Antiga dibantu dengan krama peserta ngaben dadia Tangkas Kori Agung dan Kuta Waringin. Bade ini sebagai sarana upacara yang bakal digunakan pada puncak ngaben massal pada Rabu 14 Agustus 2024 mendatang.

Dibalik berdiri megah dan menjulang tinggi bade yang dinamai ‘Bade Mas’ ada suksesor atau otak dibalik rampungnya perancangan bade yang mampu menghasilkan mahakarya yang bakal menjadi sejarah di Desa Adat Angantelu.

Adalah I Nyoman Pageh, seniman multitalenta yang telah banyak melahirkan karya yang tersebar di Pulau Dewata, bahkan sampai ke Pulau Lombok. Berbekal kecintaan terhadap seni dan budaya Bali, Pageh melakoninya dengan penuh rasa yang tak pernah luntur.

Pageh mengungkapkan, bade megah yang dibuat kali ini bukan yang pertama untuk persembahan kepada pasemetonan. Namun, pada tahun 2016 silam, juga pernah mempersembahkan karya bade yang megah namun berbeda dengan yang digarap saat ini dengan banyak sentuhan seni dan perubahan seiring perkembangan zaman.

Baca Juga:  Sajikan Nuansa Berbeda, Pantai Tanah Barak Jadi Incaran Wisatawan

Dikatakan, bade ini masih menggunakan teknik tradisional dalam perancangannya yaitu dengan sistem ‘cerakenan’ yang menggunakan bambu sebagai pokok kerangka bade. Menggunakan bambu lanjutnya, karena ingin tetap menjaga teknik tradisi yang memiliki keunggulan baik dari kekuatan, kelenturan maupun bobot yang lebih ringan dan mudah didapatkan di desa.

Bade ini, sambungnya digarap sekitar 2-3 bulan lamanya dengan dibantu sekitar tiga puluh orang lebih setiap harinya. Melalui semangat gotong royong, perancangan dapat terselesaikan sesuai rencana.

“Aksamayang kirang langkung indik teknis lan sane siosan sane janten doh dari sempurna. Gumanti ulian rasa cinta budaya dan tradisi ngewangun bale wong pejah (wadah) sane kantun ngangge struktur kekunaan (ceraken). Mohon maaf, kurang lebih yang bisa dipersembahkan yang jauh dari kata sempurna. Saya memilih teknik tradisional atau dengan mengggunakan cerakenan dalam pengerjaan bade ini,” ungkapnya penuh terharu.

Pria kelahiran tahun 1967 ini mengungkapkan, ketinggian dari bade yang dirancang bukan karena ingin pamer kepada masyarakat, melainkan sebagai ungkapan rasa bakti terhadap leluhur atau sanak keluarga yang diaben sekiranya semasih hidup belum bisa mempersembahkan atau memberikan tempat yang layak, baik dari sisi materi atau kasih sayang.

Baca Juga:  Pemerintah Kabupaten Tabanan Gelar Upacara Pemelaspasan Alit di Padmasana Kantor Bupati

Meski bukan karna bade ini yang bakal membuat mendapatkan tempat yang tertinggi, namun tetap pada dasarnya sesuai suba asuba karma (hasil perbuatan) semasih hidup. “Yang penting kita sudah berusaha melakukan yang terbaik daripada tidak melakukan sama sekali,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Kecintaannya dengan seni bade, Pageh sudah mampu membuat miniatur bade sejak kelas 3 Sekolah Dasar, dirinya selalu merancang bade tatkala musim ngaben setiap tahunnya bersama teman sekolahnya yang diarak di lingkungan rumah.

Kecintaan ini pun terus berlanjut hingga bapak satu anak ini hingga remaja dan dewasa. Keterampilan pun terus diasah dengan belajar dengan seorang undagi bade yang lebih senior yang ada di lingkungan desa Antiga.

“Kelas telu SD tiang sampun bisa ngae wadah wadahan setiap musim ngaben. Tiang dumun melajah sareng Ida nak lingsir (Sri Empu). Sejak kelas tiga SD saya sudah bisa membuat bade mainan setiap musim ngaben tiba. Saya belajar arsitektur Bali khususnya bade dari Ida Sri Mpu di banjar lebah grya Tiya Malet, Desa Antiga,” ungkapnya mengenang masa kanak-kanaknya dan sang guru.

Baca Juga:  Tanggapi Penutupan Akses di Pantai Desa Bunutan, LBH KORdEM Minta Pemerintah Ayomi Warga

Momentum ini juga diharapkan mampu menjadi ajang melahirkan seniman-seniman muda berbakat untuk melestarikan seni, budaya dan tradisi yang adi luhung yang diwariskan oleng leluhur terdahulu. Patut dijaga dan dilestarikan agar seni bade tidak terputus di Desa Antiga. “Kalau bukan kita siapa yang yang disuruh menjaga dan melestarikan budaya kita,” jelasnya.

Pageh mengucapkan terima kasih kepada semeton atau warga yang turut membantu mensukseskan lahirnya karya besar ini yang bakal dikenal oleh anak cucu nanti. Dengan rampungnya bade ini,perasaan saya sangat terharu, membayangkan leluhur ayau sang sane ketangiang berada diatas karya undagi anak cucunya sendiri.

“Ten sida tiang ngungkapang bes liwat liang lan puas tiang antuk prasida puput bade niki, mogi memargi antar ngantos puncak acara. (Tidak bisa saya mengungkapkan sesuatu saking bahagia dan kepuasan terhadap karya ini dan bisa terselesaikan sesuai harapan, semoga acara berjalan lancar nanti,” pungkasnya mengakhiri. BWN-03

RELATED ARTICLES
- Advertisment -Iklan HUT RI DPRD BadungIklan HUT RI PDAM BadungIklan HUT RI DPRD Prov. BaliIklan KPU Prov. BaliIklan SMSIIklan Lapor Pajak Poling Badung Poling Badung