Denpasar, baliwakenews.com – Sebuah insiden yang mengusik ketenangan warga Banjar Adat Kusuma Jati, Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, terjadi ketika sebuah ogoh-ogoh ditemukan dalam keadaan rusak.
Peristiwa ini bukan sekadar aksi vandalisme biasa, tetapi menyentuh aspek budaya dan spiritual masyarakat setempat.
Ogoh-ogoh, simbol yang selama ini dijaga dengan penuh penghormatan, ditemukan dalam kondisi tangan dan kaki patah pada Selasa pagi, 11 Maret 2025. Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh I Wayan Miarta, seorang warga yang segera memberi tahu aparat desa dan kepolisian. Hasil penyelidikan cepat mengarah pada seorang pemuda bernama Komang Eri Eka Putra (25), yang kemudian diamankan pada malam harinya di Banjar Marga Jati.
Meski telah mengakui perbuatannya, alasan di balik tindakan Komang Eri masih menjadi teka-teki. Kepada polisi, ia hanya mengungkapkan rasa kesal terhadap beberapa warga di Banjar Kusuma Jati. Namun, apakah benar sekadar luapan emosi? Ataukah ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kemarahan sesaat?
Warga setempat mempertanyakan apakah motif ini sudah benar-benar tergali. “Ogoh-ogoh ini bukan sekadar patung. Ini adalah simbol budaya, bagian dari ritual yang kami persiapkan dengan sepenuh hati. Jika dirusak begitu saja tanpa alasan yang jelas, tentu ada yang mengganjal,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Seiring berkembangnya penyelidikan, muncul berbagai spekulasi di tengah masyarakat. Beberapa warga menduga adanya faktor eksternal yang memicu aksi perusakan ini, entah itu permasalahan pribadi yang lebih kompleks atau mungkin dorongan dari pihak lain.
“Kalau hanya sekadar emosi sesaat, rasanya sulit diterima. Harus ada alasan yang lebih kuat. Apalagi, di Bali, ogoh-ogoh bukan sekadar seni, tetapi juga bagian dari ritual penting. Jika dibiarkan tanpa kejelasan, dikhawatirkan kejadian seperti ini bisa terulang lagi,” tambah seorang tokoh masyarakat setempat.
Kasus ini bukan hanya soal sebuah patung yang dirusak, tetapi menyentuh nilai-nilai yang lebih dalam dalam kehidupan masyarakat Bali. Ogoh-ogoh adalah bagian dari tradisi Nyepi, lambang penyingkiran unsur negatif sebelum memasuki tahun baru Saka. Perusakannya bukan hanya menimbulkan kerugian materi, tetapi juga menyisakan luka dalam hati warga.
Kini, harapan tertuju pada kepolisian untuk mengungkap motif sebenarnya di balik aksi ini. Masyarakat ingin kejelasan agar kejadian serupa tak lagi terjadi di masa depan. Hingga saat itu tiba, misteri di balik perusakan ogoh-ogoh ini masih menyisakan banyak pertanyaan. BWN-01