Denpasar, baliwakenews.com
Tujuh puluh sembilan (79) tahun sudah Indonesia Merdeka, banyak hal yang masih menjadi PR bagi bangsa ini. Usia yang sangat matang, namun sumber daya manusia (SDM) belum menunjukkan kematangan dari segi kualitas. Demikian disiratkan Rektor Universitas Nasional (UNDINAS) Denpasar, Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, S.Sos., MM., IPM., ASEAN, ENG., saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa 6 Agustus 2024.
Dikatakan melihat fenomena khususnya di bidang pendidikan dalam 79 tahun Indonesia Merdeka, dari presentase dibandingkan dengan negara-negara lain memang kondisi pendidikan formal masih jauh dari harapan. Sedangkan peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas SDM perlu dilakukan revitalisasi. “Percepatan terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kualitas SDM kita agar mampu dan memiliki daya saing di tingkat global. SDM kita masih dengan daya saingan di lokal, wilayah, daerah ataupun nasional dan belum terlihat bahwa kita mampu bersaing di tingkat internasional,” ungkapnya.
Buktinya, Indonesia banyak mengirim tenaga kerja ke luar negeri dengan kualitas SDM yang rendah. “Mengapa saya sampaikan begitu, karena kita lihat kenapa kita mengirim TKI/TKW ke luar negeri? Karena kita melihat dari sellery di situ dibayar lebih mahal, tapi dengan keterampilan mereka yang rendah sehingga sering kali TKI/ TKW kita disiksa. Nah itu bagian dari proses tenaga kerja kita yang perlu dididik dengan baik melalui pendidikan formal, nonformal maupun pendidikan informal,” tukasnya.
Lebih lanjut Prof. Sri Subawa mengungkapkan di daerah sendiri, SDM Bali khususnya juga kalah saing dari para pendatang. Jadi persaingan dunia kerja di Bali juga cukup memprihatinkan! “Seperti kita lihat banyak orang luar Bali bahkan orang asing datang ke sini menempati posisi penting dunia usaha, kenapa? Apakah karena kualitas kerja kita tidak bagus? Saya rasa tidak juga, mungkin karena produktivitas tenaga kerja kita yang dinilai rendah akibat terlalu banyak libur,” ucapnya.
Melihat fenomena tersebut dikatakan perlu banyak pembenahan dibidang pendidikan. Kurikulum yang terus berubah seiring dengan pergantian kepemimpinan dan belum jelasnya fokus pembangunan sumber daya manusia (SDM) menjadi persoalan yang mengganjal kemajuan dunia pendidikan. Prof. Sri Subawa, memandang kurikulum yang terus berubah membuat arah pendidikan juga terus berubah dan menjadi tidak jelas fokusnya.
Kondisi ini dikatakan perlu diberdayakan oleh seluruh komponen, seluruh unsur yang terlibat di dalam dunia pendidikan guna peningkatan kualitas SDM yaitu pemerintah, dunia pendidikan baik negeri maupun swasta, dunia usaha, dunia industri termasuk media sebagai partner yang mengedukasi masyarakat.
Kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini digunakan pemerintah dikatakan sangat positif, dan dianggap mampu meningkat daya nalar dan kreativitas mahasiswa. “Kurikulum merdeka ini sebenarnya bagian dari jembatan untuk menambah wawasan mahasiswa ataupun siswa dari sisi praktisnya. Mereka dapat pengalaman lebih banyak di dunia nyata (dunia kerja,red) sehingga ketika kita kombinasikan dengan belajar, daya nalarnya, daya berpikirnya dan inovasinya bisa muncul, sehingga Saya kira kebijakan merdeka belajar itu bagus,” terangnya.
Seiring dengan akan pergantian presiden, Prof. Sri Subawa menyatakan kecemasan akan terjadi pergantian kurikulum lagi. “Itu yang menjadi pertanyaan kami seluruh dunia pendidikan. Nanti ganti lagi nggak kurikulumnya, dari merdeka belajar menjadi apa kira-kira? Karena kurikulum banyak sekali bentuknya,” tukasnya.
Meski demikian Ia menyatakan apapun bentuk kurukulumnya akan tetap mendukung kebijakan pemerintah. “Mudah-mudahan kita bisa lebih kreatif, bisa kombinasikan kurikulum itu mencari yang pas. Bukan berarti yang lalu tidak baik, saya cermati ada positifnya. Kurikulum merdeka ini memberi banyak pengalaman kepada mashasiswa/siswa, mereka belajar marketing, mereka lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya, mereka lebih berpikir kritis, dapat mengimplementasikan ilmu di lapangan. Itu yang kami amati dari merdeka belajar, hasil observasi kami seperti itu, jadi merdeka belajar ini sangat positif,” pungkasnya.
Disisi lain ia mengatakan pendidikan tidak hanrus hanya berfokus pada pendidikan formal saja (S1,S2, S3,red). “Menurut saya tidak harus pendidikan formal, karena pendidikan diluar pendidikan formal sangat beragam. Ada banyak pendidikan non formal dan pendidikan informal yang lebih banyak mengarah pada keterampilan/ skill mereka. Ini cara mengatasi persoalan-persoalan dalam dunia usaha, dunia industri,” pungkasnya. BWN-03