Putu Panji, Remaja Asal Tabanan Bawa Skuat Garuda Muda ke Piala Dunia Qatar

Tabanan, baliwakenews.com – Ketika nama I Putu Panji Apriawan diumumkan sebagai kapten Timnas U-17 Indonesia yang akan berlaga di Piala Dunia U-17 2025 di Qatar, hanya sedikit orang yang tahu bahwa remaja 16 tahun ini berasal dari sebuah sudut sunyi di Pulau Dewata. Dari Banjar Juntal, Desa Kaba-Kaba, Kediri, Tabanan, Panji melangkah membawa mimpi besar dari tanah kecil.

Tapi di balik jersey merah putih yang ia kenakan dengan gagah, terselip kisah perjuangan yang sunyi namun kuat. Ini bukan hanya cerita tentang seorang anak yang ingin bermain bola. Ini adalah kisah tentang cinta seorang ayah, yang rela menjual sepeda motornya dan berhenti dari pekerjaannya demi satu hal: melihat anaknya bermain di lapangan hijau.

Panji pertama kali mencintai bola saat duduk di bangku kelas 3 SD. Ia mengikuti turnamen Porjar antar kecamatan dan membawa sekolahnya menjadi juara. “Sejak itu dia gak mau lepas dari bola,” cerita Made Suantika, sang ayah, saat ditemui di rumahnya yang sederhana.

Baca Juga:  Tiba di Bali, Desak Made Rita Kusuma Dewi Disambut Meriah dan Diganjar Rp20 Juta

Menangkap semangat itu, Suantika segera mendaftarkan Panji ke SSB Badak Putra Buduk. Dalam waktu singkat, bakat Panji menyeruak. Di usia 11 tahun, ia sudah mewakili Bali di turnamen nasional di Yogyakarta.

Namun, Bali terasa terlalu kecil untuk mimpi Panji. Saat pelatih menyarankan agar ia merantau ke Jawa, keluarga itu menghadapi keputusan berat. Tapi Suantika memilih nekat.

“Saya pinjam uang di LPD, jual motor satu-satunya. Saya cuma pikir, jangan sampai anak saya kehilangan kesempatan,” katanya, matanya menerawang, suaranya pelan.

Bukan hanya harta benda yang dikorbankan. Suantika juga meninggalkan pekerjaannya di bengkel mobil, agar bisa lebih fleksibel berdagang sembari terus mendampingi Panji. “Saya dagang keliling, jual apa saja. Asal Panji bisa latihan dan sekolah,” ujarnya sambil tersenyum getir.

Baca Juga:  Gilir Seorang Gadis, Tiga Pemuda Dibekuk

Di Surabaya, Panji bergabung dengan SSB Masha. Ia mengikuti seleksi ke berbagai akademi elite: Persebaya, Arema, hingga Bali United. Tak semua jalan mulus. Saat gagal dalam seleksi Bali United, Panji menangis. Tapi tak lama, ia kembali berlatih, lebih keras.

Dari Malang, Panji bangkit. Di akademi Arema U-16, ia menunjukkan kualitasnya: enam gol dalam satu musim. Namanya mulai masuk radar pelatih tim nasional.

Puncak cerita datang dalam uji coba Timnas U-17 melawan akademi PSS Sleman di Yogyakarta. Seusai makan malam, Panji menelepon ayahnya. Suaranya bergetar.

“Pak, aku disuruh jadi kapten.”

Suantika tak percaya. “Saya langsung nangis. Jarang sekali ada pemain Bali jadi kapten Timnas. Ini sejarah,” katanya.

Baca Juga:  Meski Dilanda Badai Cedera, Bali United Tetap Jalani Latihan

Kini Panji tak lagi hanya milik Banjar Juntal. Ia milik Bali, dan milik Indonesia. Sebagai satu-satunya wakil Asia Tenggara di Piala Dunia U-17 2025, langkah Panji menuju Qatar adalah langkah panjang dari impian kecil di tanah kelahirannya.

Meski kini namanya mulai dikenal, keluarga Panji tak berubah. Mereka tetap tinggal di rumah sederhana, tetap mengucap syukur untuk setiap langkah yang berhasil ditempuh.

“Saya selalu bilang ke Panji, jangan lupa asalmu. Kamu dari Banjar Juntal, dan kamu main bukan untuk dirimu sendiri, tapi untuk bangsa,” ujar Suantika, penuh haru.

Dan saat nanti bendera merah putih dikibarkan di Qatar, Panji akan berdiri tegap, membawa bukan hanya nama Indonesia, tapi juga doa-doa dari tanah kecil bernama Kaba-Kaba. BWN-01

Iklan Home Page
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -Iklan PDAM Badung Iklan DPRD Badung Iklan Unwar Iklan DPRD Bali Iklan Pemkab Badung Iklan Ucapan BWN Badung Iklan PDAM Iklan DPRD Bali Iklan PDAM Badung Iklan DPRD BADUNG 2 Iklan DPRD Badung Iklan Lapor Pajak