Tabanan, baliwakenews.com
Program Kemitraan Masyarakat Universitas Warmadewa ( PKM Unwar) pada Kelompok Tani Ternak di Desa Candikuning -Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan-Bali, melakukan pengembangan Pupuk Organik Berbasis Kotoran Kelinci. Ketua Tim PKM Unwar Ir. Anak Agung Ngurah Mayun Wirajaya, MM., mengatakan kegiatan pengabdian merupakan hibah dari Kemendikbud Ristek yaitu Kegiatan Kemandirian Masyarakat.
PKM dilaksanakan bersama anggota Ir. Made Sri Yuliartini, M. Si., dan Dr. Ir. I Gusti Agus Maha Putra Sanjaya, M. Si., dilatarbelakangi tingginya produksi kotoran kelinci di Desa Candikuning yang belum dimanfaatkan dengan baik. Sampai saat ini petani masih dominan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam dalam pemenuhan luasan penanaman yang cukup luas yang sebagian besar pupuk tersebut dibeli dari luar daerah Candikuning.
“Saat kondisi pariwisata normal maupun pandemi Covid-19, sebagian besar masyarakat Desa Candikuning tetap mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Sebagian besar petani menanam tanaman hortikultura dan yang dikembangkan berupa kentang, broccoli, selada, wortel, paprika, bawang daun prei dan lainnya, ” ucap AA Ngurah Mayun.
Melihat masih banyaknya potensi limbah dari hewan dan cukup besarnya kebutuhan akan pupuk organik, maka kelinci yang cukup banyak dipelihara oleh petani ternak kelinci di Candikuning menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan pupuk organik dari limbah kelinci sangat terbuka lebar. Tercatat jumlah kelinci di Desa Candikuning 1.164 ekor. Walaupun keberadaan kelinci dan kotorannya cukup tersedia, namun masih kurang mendapat perhatian dari petani untuk memanfaatkannya sebagai sumber pupuk organik.
Pupuk organik cair yang berasal dari urin kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi yaitu N 4%, P2O5 2,8%, dan K2O 1,2% relatif lebih tinggi daripada kandungan unsur hara pada sapi (N 1,21%, P2O5 0,65%, dan K2O 1,6%) dan kambing (N 1,47%, P2O5 0,05%, dan K2O 1,96%) . Selain urin kelinci kandungan feses kelinci dimana satu ekor kelinci yang berusia dua bulan lebih, atau yang beratnya sudah mencapai 1 kg akan menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein.
“Pemakaian pupuk organik perlu ditingkatkan dan mendapat prioritas tidak hanya untuk meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga untuk membantu menciptakan agroekosistem yang berkesinambungan dan aman bagi kesehatan manusia, ” ungkapnya.
Perkembangan produksi berbagai jenis pupuk organik dimasyarakat saat ini memunculkan persaingan yang begitu ketat di pasar dan berpengaruh terhadap produksi pupuk kelinci di Desa Candikuning. Ketersediaan pupuk dengan kemasan yang baik akan lebih mudah disalurkan dan diminati pasar. Pengemasan mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam menunjang distribusi produk terutama yang mudah mengalami kerusakan. Diharapkan dengan ketersediaan kemasan yang sudah memadai akan dapat menembus pasar di luar Desa Candikuning
PKM bermitra dengan kelompok tani ternak “LESTARI” yang terdiri dari 5 anggota dan diketuai oleh Kadek Sutama dengan jumlah kelinci dipelihara sebanyak 65 ekor dengan kandang yang sederhana.
“Program ini kami diarahkan pada usaha pemanfaatan kotoran kelinci dengan baik, tersedianya mesin penggiling kotoran padat kelinci dan alat pengemas, kemasan dengan labeling produk, terbangunnya rumah tempat penggilingan, serta usaha/bisnis kotoran kelinci dalam bentuk POP (Pupuk Organik Padat) dan POC (Pupuk Organik Cair), ” paparnya.
Dengan adanya pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh Kemendikbud Ristek pada masyarakat Desa Candikuning di kelompok tani ternak “Lestari” akan mengalami perubahan dibidang budidaya tanaman dan mengolah sumberdaya alam terutama kelinci dengan memanfaatkan kotorannya secara maksimal.
“Tujuan kegiatan ini bagi mitra adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam budidaya kelinci serta pemanfaatan kotoran padat dan cair kelinci sebagai pupuk organik, mengembangkan kelompok agar mandiri secara ekonomi/sosial, membantu menciptakan ketentraman dan kenyamanan dalam kehidupan masyarakat, produk dapat bersaing dipasaran,” ucapnya lanjut mengatakan kotoran padat dan cair kelinci bagi masyarakat disekitar mitra dapat dipakai sebagai alternatif pupuk organik dalam pemupukan tanaman yang dibudidayakan selain pupuk-pupuk organik dari ayam yang telah banyak digunakan saat ini .
Kelompok tani ternak “Lestari” di Desa Candikuning, selama ini menghadapi permasalahan yaitu limbah kotoran kelinci dari hasil budidaya kelinci belum dimanfaatkan dan diolah untuk dijadikan pupuk organik padat maupun cair secara intensif, belum dimilikinya mesin penggiling kotoran padat kelinci dan rumah pengolahan, belum dimilikinya alat pengemas/foot sealer dan plastik pengemasan yang telah ada label, cara mengemas, belum dimiliki timbangan produk yang dikemas, penampung kotoran kelinci masih kurang di kandang , anggota kelompok perlu ditingkatkan pemahamannya terhadap manajemen organisasi dan pemasaran .
“Setelah kami lakukan petemuan melalui penyuluhan dan praktek dilapang pada 15 Desember 2022 maka petani peternak anggota kelompok Lestari telah mampu mengadopsi materi yang diberikan akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi, ” tukasnya.
Dalam pertemuan tersebut dilakukan transfer teknologi bagaimana cara membudidayakan kelinci dengan baik dan benar mulai dari pakan, kandang, penyakit dan lainnya sehingga dengan kelinci yang sehat akan mendapatkan bahan untuk pupuk organik padat dan cair yang bermutu. Alih teknologi tentang pengolahan limbah padat dan cair disampaikan. Demikian juga untuk bersaing dipasar disampaikan tentang materi kemasan yang berlabel dapat memberi citra positif pada produk yang dihasilkan.
Tim PKM Unwar juga telah menyumbangkan bangunan pengoperasian mesin penggiling kotoran padat kelinci dan mesin gilingnya, alat pengemasan/pres untuk kemasan, kemasan yang berlabel untuk pupuk organik padat dan cair, timbangan yang memadai, pemasangan talang sebagai penampung kotoran padat dan cair yang jatuh dari kandang, gentong penyimpan urin, dan alat serta bahan pendukung lainnya. Dengan demikian kelompok akan mampu bersaing dipasar dengan produk organik lainnya.
Pada kesempatan tersebut juga telah diberikan pengetahuan bagaimana peranan pupuk untuk meningkatkan kesuburan oleh narasumber internal Ir. Luh Kartini, M. Si., dan bagaimana upaya pengembangan pupuk organik padat dan cair dapat berkembang sebagai industri yang menguntungkan dan dapat diminati pasar oleh Dr. Ir. I Gusti Bagus Udayana, M. Si.
“Untuk selanjutnya kami akan terus melakukan pendampingan hingga anggota kolompok mitra mampu melaksanakan usahanya lebih mandiri secara berlanjut dan lebih menguntungkan dari sebelumnya, ” pungkas AA. Ngurah Mayun. BWN-03