Mangupura, baliwakenews.com
Bali sedang benar-benar terik. Menurut BMKG Wilayah III Denpasar, kondisi ini bukan hal aneh. “Fenomena ini dipengaruhi oleh gerak semu matahari yang sedang bergeser ke arah selatan Indonesia,” jelas Luh Eka Arisanti, prakirawan cuaca BMKG, Kamis (15/10/2025). Menurut Luh Eka, pergerakan ini meningkatkan radiasi matahari di wilayah selatan, termasuk Bali, sehingga suhu terasa lebih panas dari biasanya.
Minimnya tutupan awan dalam beberapa pekan terakhir membuat radiasi matahari langsung mengenai permukaan daratan tanpa banyak penghalang. Akibatnya, panas pun terasa lebih menyengat dan bertahan lebih lama.
BMKG memperkirakan kondisi ini akan berlangsung hingga November 2025, sebelum curah hujan mulai meningkat dan suhu kembali lebih sejuk. “Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga tubuh tetap terhidrasi, menggunakan pelindung diri seperti topi atau tabir surya, serta memantau pembaruan informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG,” tambah Luh Eka.
Meski cuaca ekstrem bisa memicu dehidrasi, kelelahan, dan ketidaknyamanan fisik, suasana Bali tetap hidup. Di Pantai Kuta, wisatawan masih berjemur sambil memegang botol air dingin, sementara anak-anak lokal bermain bola di pasir panas tanpa banyak mengeluh.
“Ya panas sekali, tapi matahari begini justru bagus buat foto,” ujar seorang wisatawan asal Australia sambil tersenyum di bawah payung pantai.
Bagi sebagian orang, terik adalah tantangan. Namun bagi Bali, pulau yang terkenal karena cahayanya, sinar matahari yang menyengat justru menjadi bagian dari pesonanya.
Karena menjadi kesempatan berharga bagi wisatawan untuk berjemur di bawah terik manatahari. Salah seorang warga, Made Bayudi mengaku hampir setiap malam tidak bisa tidur nyenyak karena cuaca yang panas.
“Terpaksa semua hidup,.baik.AC maupun kipas angin agar tidak kepanasan. Sebab suasana gerah sekali,” ujar pria asal Singaraja tersebut. BWN-04