Taro, baliwakenews.com
Dalam upaya melestarikan alam dan keberlanjutan ekosistem desa, Kelompok Pengabdian Universitas Warmadewa ( Unwar) berkolaborasi dengan Journeyman International dan Rumah Konservasi Kunang-Kunang menggelar Pengabdian Masyarakat yang berfokus pada konservasi kunang-kunang dan pemberdayaan petani lokal di kawasan Tegal Dukuh Taro. Pada kegiatan ini, Rumah Koservasi Kunang-Kunang di Tegal Dukuh Camp, Taro, menjadi tuan rumah yang diinisiasi oleh Wayan Wardika.
Pengabdian dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Unwar yang terdiri dari Kuntayuni, S.S., MTransInterp., Prof. Dr. Ir. Luh Suriati, M.Si., Dr. A.A. Gde Agung Parameswara, S.E., M.Si., I Putu Gede Satria Wiraharja, S.Tr.Par., M.Sc.
Kegiatan pengabdian yang berlangsung sejak Mei 2024 dan akan berlanjut di tahun berikutnya ini bertujuan untuk melindungi ekosistem kunang-kunang di wilayah tersebut sekaligus meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan petani setempat melalui pendekatan berbasis lingkungan dan ekonomi. Program ini juga berfungsi sebagai model pemberdayaan masyarakat yang mengintegrasikan pelestarian alam dengan pertanian berkelanjutan.
Wisata Kunang-Kunang dan Pertanian Berkelanjutan
Selain gajah Taro dan lembu putih, kunang-kunang juga merupakan ikon alam Desa Taro dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, populasi kunang-kunang di wilayah ini menghadapi ancaman akibat urbanisasi, penggunaan pestisida, dan hilangnya habitat alami. Untuk itu, Rumah Konservasi Kunang-Kunang (didedikasikan untuk pelestarian habitat kunang-kunang) bekerja sama dengan Universitas Waramdewa, tim dari Journeyman International (sebuah organisasi yang mendukung proyek arsitektur berkelanjutan) dan beberapa stakeholder lainnya mengadakan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat, terutama petani di wilayah Tegal Dukuh, mengenai pentingnya konservasi kunang-kunang dan kaitannya dengan ekosistem dan pertanian berkelanjutan.
“Tentu tidak mudah mengubah kebiasaan petani dari metode sebelumnya ke arah organik. Perlu role model. Petani harus melihat langsung buktinya, baru mereka akan mengikuti,” jelas Wardika.
Di sektor pertanian, program ini mengimplementasikan sistem pemberdayaan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha tani di Tegal Dukuh Taro. Para petani dilatih dalam metode pertanian organik, yang tidak hanya meningkatkan hasil panen secara kualitas, tetapi juga menjaga kesehatan tanah dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya.
Tegal Dukuh sedang berupaya untuk membangun pertanian moringa (kelor) secara organik mengingat banyaknya manfaat kelor baik di bidang kesehatan maupun pemulihan lingkungan sehingga berdampak baik untuk lingkungan dan juga habitat kunang-kunang.
Kegiatan pengabdian ini tidak menampik bahwa terdapat banyak tantangan dalam menciptakan pertanian berkelanjutan ini. Salah satunya adalah menjaga kestabilan harga jual hasil pertanian di tahun-tahun awal tanam secara organik. Selain itu, permasalahan yang terjadi di lokasi bukanlah sulitnya mencari rantai pasokan moringa atau kelor, melainkan menyadarkan petani akan manfaat moringa, peluang bisnis yang ada, serta berbagai produk diversifikasi dari moringa.
Selain itu, para petani juga perlu dilatih dalam metode pertanian organik, yang tidak hanya meningkatkan hasil panen secara kualitas, tetapi juga menjaga kesehatan tanah dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya.
Saat ini Universitas Warmadewa tengah melakukan analisi terhadap tanah di Kawasan Tegal Dukuh dan sekaligus mencari tahu penyebab dari gagalnya penanaman moringa sebelumnya. Pada dasarnya, setelah diberi pembekalan, para petani di Kawasan Tegal Dukuh Camp sangat antusias untuk menanam kelor.
Dukungan dari Journeyman International: Infrastruktur Berkelanjutan
Journeyman International turut berperan dengan menyediakan rencana desain infrastruktur yang ramah lingkungan untuk mendukung kegiatan konservasi dan pemberdayaan ini. Bekerja sama dengan Universitas Warmadewa, Journeyman International merancang tempat penginapan yang meniru (mimikri) pola hidup kunang-kunang dan sedapat mungkin beradaptasi dengan alam sehingga tidak banyak mengintervensi ekosistem yang ada.
Dampak Positif untuk Masa Depan
Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, diharapkan Desa Taro akan menjadi model ekowisata dan konservasi yang berkelanjutan di Bali. Keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan dan menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan juga diharapkan mampu menciptakan ekosistem yang seimbang dan harmonis antara alam dan manusia.
Dengan adanya kolaborasi antara Warmadewa, Journeyman International, Rumah Konservasi Kunang-Kunang, dan warga Desa Taro, diharapkan keberhasilan kegiatan ini dapat terus berkembang dan membawa manfaat jangka panjang bagi desa dan alam di sekitarnya. Program ini tidak hanya berfokus pada pelestarian alam dan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga menanamkan kesadaran tentang pentingnya menjaga warisan alam bagi generasi mendatang.
Wayan Wardika, sebagai salah satu pelopor dalam konservasi kunang-kunang terus berupaya keras memahami kunang-kunang dan habitatnya baik melalui riset dan laboratorium mini yang didirikannya serta terus berkolaborasi dengan berbagai pihak yang peduli terhadap pertanian berkelanjutan dan pelestarian ekosistem. BWN-03