Dorong Industri Karet Berkelanjutan Bebas Deforestasi, KOLTIVA Perkuat Rantai Pasok Thailand untuk Kepatuhan EUDR

Jakarta – Baliwakenews.com

Sejak diberlakukannya Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) pada 29 Juni 2023, perusahaan-perusahaan di industri karet Thailand menghadapi tantangan dalam memastikan rantai pasokan mereka dapat mematuhi standar keberlanjutan. Sebagai pemasok karet terbesar kedua ke Uni Eropa, dengan 90% produk ekspor berbasis karet, Thailand berada di bawah tekanan untuk memastikan bahwa produk karet yang diekspor ke Eropa bebas dari deforestasi dan degradasi lahan. Di tengah tantangan tersebut, KOLTIVA hadir untuk dukung berbagai perusahaan di Thailand dalam mematuhi regulasi ini, yang berdampak pada keberlanjutan sektor karet secara keseluruhan (Rijksoverheid: 2024).

EUDR menetapkan produk yang diimpor ke Uni Eropa harus bebas dari bahan baku yang berasal dari lahan yang telah terdampak deforestasi sejak 31 Desember 2020. Meskipun ada penyesuaian besar yang harus dilakukan oleh industri karet Thailand, terutama bagi produsen kecil, KOLTIVA berperan penting dalam membantu klien untuk beradaptasi dengan persyaratan ini. Dengan lebih dari 38.000 produsen terdaftar dan 100.000 plot lahan karet yang terverifikasi, KOLTIVA telah mengimplementasikan solusi yang membantu perusahaan-perusahaan di Thailand memenuhi standar EUDR, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Baca Juga:  Waspada, Marak Penipuan Mengatasnamakan Pegadaian

“Kami berkomitmen mendukung perusahaan-perusahaan di Thailand dalam menghadapi tantangan kepatuhan ini melalui solusi modular yang terintegrasi, termasuk KoltiTrace MIS,” ujar Yotsawadee Luetrakulset, Manajer Program KOLTIVA di Thailand. “Upaya kami dalam pelatihan dan pendampingan bertujuan meningkatkan kesadaran tentang praktik berkelanjutan di kalangan produsen karet.”

Inisiatif Pemerintah dan Tantangan yang Masih Ada

Upaya pemerintah Thailand, melalui Otoritas Karet Thailand (RAOT), untuk memenuhi persyaratan EUDR mulai menunjukkan hasil yang signifikan. RAOT telah memetakan lebih dari 3,1 juta hektar perkebunan karet—sekitar 79% dari total lahan budidaya karet di Thailand. Inisiatif ini memungkinkan verifikasi bahwa area produksi karet bebas dari deforestasi, yang berkontribusi pada peningkatan harga karet di pasar global. Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal pendaftaran produsen kecil yang banyak tidak memiliki sertifikat lahan, yang menjadi prasyarat untuk kepatuhan EUDR (European Forest Institute, 2024).

Hingga Maret 2024, RAOT telah mendaftarkan lebih dari 1,6 juta produsen karet dan 958 kelompok tani. Meski demikian, masih banyak produsen kecil yang membutuhkan dukungan dalam hal pelatihan dan kapasitas untuk dapat patuh pada regulasi baru ini. Di sinilah peran KOLTIVA menjadi sangat penting. Melalui solusi ketertelusuran (traceability), pemetaan, dan peningkatan kapasitas, KOLTIVA tidak hanya membantu perusahaan-perusahaan memenuhi regulasi EUDR, tetapi juga meningkatkan inklusi petani kecil ke dalam rantai pasokan yang lebih luas dan berkelanjutan.

Baca Juga:  Mudahkan Pekerjaan, 78% Karyawan Inisiatif Gunakan AI di Tempat Kerja

Pendekatan Terpadu KOLTIVA: Dukung Kepatuhan dan Transparansi

Manfred Borer, CEO & Co-Founder KOLTIVA, tegaskan bahwa sistem traceability KOLTIVA, KoltiTrace, memungkinkan klien memantau rantai pasokan secara menyeluruh, dari perkebunan hingga pengolah. “Kami hadirkan pemetaan rantai pasokan yang komprehensif, penilaian risiko secara real-time, serta pemantauan deforestasi. Solusi kami memungkinkan transparansi penuh dan membantu perusahaan dalam menjaga komitmen keberlanjutan mereka,” jelasnya.

Selain itu, layanan pengembangan kapasitas KoltiSkills dan KoltiVerify memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan terlibat dalam proses kepatuhan secara efektif, perkuat komitmen bisnis terhadap praktik berkelanjutan.

Peluang di Tengah Tantangan

Dengan EUDR yang berfungsi sebagai pendorong dalam perubahan, sektor industri karet Thailand berpeluang besar untuk memperkuat posisinya di pasar global. Dengan dukungan strategis dan solusi inovatif dari KOLTIVA, perusahaan-perusahaan Thailand tidak hanya mampu memenuhi persyaratan yang semakin ketat, tetapi juga mendorong pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga:  Hisense Indonesia Telah Memproduksi Lokal 600.000 Unit TV di Tahun 2024

Tentang KOLTIVA

KOLTIVA menawarkan teknologi yang berpusat pada manusia dan solusi di lapangan dengan melakukan digitalisasi bisnis pertanian dan membantu produsen kecil beralih ke praktik berkelanjutan dan sumber yang dapat ditelusuri. KOLTIVA merupakan startup terkemuka di Indonesia dalam bidang pertanian berkelanjutan dan penelusuran rantai pasokan. Sebagai penyedia teknologi global, KOLTIVA membangun rantai pasokan yang etis,transparan, dan berkelanjutan, membantu perusahaan memperkuat ketahanan dan transparansi bisnis. KOLTIVA membantu bisnis dan pemasok mereka mematuhi peraturan yang berlaku dan tuntutan konsumen di seluruh dunia dengan solusi ketertelusuran. Beroperasi di lebih dari 65 negara dan didukung oleh jaringan kantor dukungan pelanggan di 16 negara, KOLTIVA mendukung lebih dari 16.600 perusahaan dalam membangun rantai pasokan yang transparan dan kuat serta memberdayakan lebih dari 1.641.000 produsen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -Iklan Pemprov BaliIklan Pemprov BaliIklan KPU BaliIklan SuyadinataIklan SuyadintaIklan DPRD BaliIklan PDAM BadungIklan DPRD BadungIklan HUT RI DPRD BadungIklan Galungan BWNIklan HUT RI PDAM BadungIklan HUT RI DPRD Prov. BaliIklan KPU Prov. BaliIklan SMSIIklan Lapor Pajak Poling Badung Poling Badung